Di belakang rumahku ada sumur
yang tua namun airnya
selalu penuh
meski musim hujan
masih jauh diundur
airnya tetap
melimpah bening tak keruh
Tapi sumur itu
bukan sumur kami
sudah ada sejak
dulu bahkan sebelum keluarga
kami pindah menempati
rumah ini
ketika saat itu
ayah dan ibu masih berdua
Semua orang bebas
menimba air dari sumur
yang terhubung
dengan mata air abadi
yang murni serupa
zam-zam yang telah uzur
yang dalam
keabadian tetap ada untuk memberi
Aku dan adik-adik
sangat suka ke sana
di tepiannya
mengamati pantulan awan nan indah
yang tampak
semakin elok mempesona
memandang balik
ke arah kami dalam keheningan telaga
Namun ada satu
hal yang orang-orang tidak tahu
sumur tua itu
bukanlah benda mati yang diam
seringkali aku
berdiam di sana seolah lupa waktu
dalam takjub
mendengarkan kisah yang begitu apik disulam
Suaranya lembut
dan lirih setengah mendecak
namun tak
sedikitpun itu menganggu
sesekali diselingi
desau angin dan kecipak
dan desiran riuh
rumpun bambu
Katanya baru aku
yang mau mendengarnya bercerita
kebanyakan orang
pasti merasa itu hal sia-sia
sebanyak apa pun
air yang sudah ditimbanya
mereka akan
langsung bergegas pergi meninggalkannya
Seperti
kekasihnya
yang berjanji
akan kembali untuknya
namun pada
akhirnya yang tertinggal harapan kelabu
namun meski
begitu tanpa putus asa dia tetap menunggu
Meski air matanya
terus berderai-derai
mengosongkan relungnya
tanpa ampun terus
mengalirkan rinai
Tangis yang
begitu menyayat hati
namun tak satupun
orang merelakan hati
untuk sekedar
menghibur yang tersakiti
hanya menatap
acuh dari kejauhan seolah tak lagi berhati
Hingga air matanya
berubah menjadi darah
dan tubuhnya
pasrah kering kerontang
hingga cinta
berubah bentuk menjadi amarah
menanti kekasih
yang tak kunjung datang
Tangis akhirnya
terhenti
terbawa oleh
desauan angin yang syahdu
di dasar lembah
yang mati
dengan sabar
dalam diam dia menunggu
Meski tak ada
yang tahu
atau peduli
dengannya
sejak lembah
tempatnya berdiam itu penuh
oleh air yang tak
ada habis-habisnya
Air yang tanpa
dia beritahu pun aku sudah tahu
karena seiring
kisahnya segenap relungku
seolah bisa
melihat kenangan yang semula membisu
kini terbangun
bak genderang bertalu
Air yang berasal
dari matanya
yang rupanya tak
berhenti mengeluarkannya
meski nafas sudah
menjauh ke nirwana
berisi harapan
suatu ketika akan bertemu dengannya
Dan dalam desau
lirih
aku bisa
mendengar dengan jelas suaranya
yang tidak lagi
diiringi decak fasih
mengalir di
seluruh pembuluh raga
Perasaan asing
sekaligus akrab
diikuti degub
jantung yang serupa kirab
dalam pandanganku
yang samar
darah di
sekujurku bergetar
seirama dengan
gelombang lembut di permukaan
sumur yang dalam
bisunya menyuarakan
kebahagiaan yang
begitu lama diiidam-idamkan
dan sekarangg
tiba waktu untuk terlampiaskan
Malam itu bulan
purnama
dikawal gemintang
dan awan bergelayut
yang berarak
perlahan sesekali menutup rona
menyisakan
kegelapan yang membuat nyaliku sesekali menciut
Di sana dia sudah
menungguku
dalam balutan
beludru
meski bahagia dia
hanya tersenyum malu
terlebih ketika
tangannya berada di genggamanku
Matanya yang
polos gemerlapan
penuh dengan
cinta yang kian berloncatan
karena setelah
begitu lama dalam penantian
akhirnya segala
nyeri akan berkesudahan
Berdua kami duduk
memandang langit
tanpa kata-kata
menikmati rembulan
yang terlihat
ikut bahagia meski dengan alis berjengit
bukan karena iri
melainkan heran
Kami yang sudah
terpisah
ribuan tahun
akhirnya bisa kembali bersama
kenyataan yang
bahkan lebih indah daripada kisah
yang dikisahkan
dengan manis di antara sesama
Purnama sudah
lelah, maklumlah dia sudah tua
aku menatap
matanya, sekaranglah waktunya
Kami harus
kembali
ke dunia abadi
milik kami sendiri
kali ini
sama-sama berjanji tidak akan terpisahkan lagi
tiada lagi rasa
perih yang mengisi relung-relung kami
”Kok sumurnya
mendadak kering?”
beberapa orang
saling bertatapan heran
namun semua hanya
bergeming
dalam horor mengamati sosok
anak pemilih rumah yang rebah diam di tepian
Sumur di belakang
rumah
ternyata dulunya
ceruk serupa lembah
yang di dasarnya
tergolek sosok lemah
berupa belulang meringkuk
dalam diam dan pasrah
Sumur di belakang
rumah
sekarang sudah
penuh terisi tanah