“Kasian banget
korban tabrak lari di persimpangan sana. Nggak ada yang peduli.” Istriku
memulai pembicaraan sembari mencari posisi yang nyaman di pelukanku yang sedang
asik menonton berita. Aroma tubuhnya yang segarr menyapa hidungku. ”Nggak tau
udah berapa lama dia di sana. Jadi aku yang berinisiatif mengantar ke klinik
terdekat. Syukurlah lukanya nggak terlalu parah. Besok udah bisa keluar.”
sambungnya lagi.
”Oh, pantesan
agak telat nyampe rumah.” ujarku lalu mengusap-usap pundaknya.
”Sayangnya nggak
ada yang ngeliat kejadian itu. Lagi sepi jam segini sih...” Aku tidak
menanggapi. Aku memandang lurus ke layar elektronik yang menampilkan gambar
berganti-ganti dalam diam.
”Di kantor nggak
kenapa-kenapa, Pa?” cetusnya lagi memecah keheningan sembari tangannya sibuk
memijat-mijat lenganku. Aku hanya mengecup dahinya. Otakku sekarang tidak bisa
lagi menangkap dengan jelas. Pikiranku dipenuhi hal-hal lain yang begitu cepat
seperti kilatan-kilatan cahaya berganti-ganti.
Diakhiri decitan
rem dan suara tumbukan di depan mobilku sebelum melaju kembali meninggalkan
sosok itu tergeletak sendirian di sana. Tepat di persimpangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar