Dengan hati-hati aku menggeser lengan pria tambun yang rupanya sudah langsung pulas terlelap di sisiku. Perutnya yang buncit tersaput keringat samar, dan dari mulutnya yang setengah terbuka suara dengkuran keras memenuhi ruangan.
Aku menghela
napas lalu turun dari ranjang. Keluar dari kamar, menuju ke ruang kerjaku.
Membuka laci meja dan meraba kompartemen rahasia di baliknya, mengeluarkan
sahabat setiaku dan mengamatinya dengan penuh sayang.
Sahabat setiaku.
yang paling bisa
mengerti aku.
tidak seperti
laki-laki yang hanya memakaiku
semaunya sekedar
memuaskan mereka, bukannya aku.
Sahabat setiaku
yang dalam
keterbatasannya
tanpa pamrih
memuaskanku
dengan sabar
menuntunku menggapai langit ke tujuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar