Sabtu, 25 Agustus 2012

Flash : Jaminan


“Papa pergi dulu, yah.”

Dia berbisik di perutku yang membusung. Membelai lalu mengecupnya penuh sayang sebelum mencium keningku. Aku melambai mengantarnya berlalu. Itu adalah ritual yang setiap pagi kami lakukan belakangan ini, sejak aku akhirnya berhasil hamil. Buah hati yang sudah sangat dia nanti-nantikan bahkan sejak pernikahannya yang pertama dulu.

Ya, aku adalah istrinya yang keempat. Istri yang sangat dia harapkan bisa memberi keturunan yang gagal dia dapatkan di pernikahan sebelumnya. Dan demi jaminan hidup keluargaku, maka aku juga sama berambisi dengan dirinya untuk bisa memiliki keturunan. Tanpa anak maka aku hanya akan bernasib serupa dengan mantan-mantan istrinya. Terbuang.

Aku terlonjak ketika seseorang menyentuh lenganku. Membelai tepatnya. Ternyata Joko, tukang kebun yang sudah dua tahun ini bekerja di rumah kami. Dia menatapku lekat sembari menyeringai. ”Kau makin cantik. Montok!” pujinya sembari menelanjangiku dengan tatapannya.
“Jaga omonganmu, Ko!” Dia hanya terkekeh.
”Iya... Iya... Kok langsung sewot. Bawaan orok, ya?” Aku mengacuhkannya dan ingin kembali ke dalam rumah, namun dia langsung menahanku. ”Jangan lupa perjanjian kita.” bisiknya sembari menatap tajam ke arah perutku lalu beranjak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar