Kamis, 07 Juni 2012

Flash : Fetish

“Lang, arah jam sebelas!” Gusti berseru penuh semangat sambil menyikut rusukku. Aku menoleh dengan enggan ke arah yang dia maksud lalu mendecak. Lagi-lagi perempuan. Hmph, mentang-mentang lagi jomblo trus langsung mupeng mulu bawaannya.

”Waduh... Top class tuh!” serunya lagi seolah tidak menyadari reaksiku yang sudah sangat tidak bersemangat meladeninya. Aku hanya memotong-motong tuna panggang di piringku dengan santai tak terusik dengannya yang sedang belingsatan sendiri. Aku lalu mengangkat garpu berisi potongan tuna menghampiri mulutku yang terbuka bertepatan saat wajah perempuan itu mengarah kepadaku.

Oh Tuhan...
Tanganku terhenti di udara.
Mataku langsung terkunci ke bagian paling indah di wajahnya.

”Hoi! Gak perlu sampe begitu amatlah!” tegurnya lalu terkekeh puas. Aku memilih mengacuhkannya lalu meneruskan perjalanan potongan tuna di garpu ke mulutku yang ternyata terus terbuka. Ya ampun.

Setelahnya mataku tidak lepas sedetik pun darinya. Bagian terindah yang sekarang sudah memiliki perhatianku sepenuhnya. Dagunya. Dagu yang begitu indah dan istimewa di mataku. Dagu paling indah yang pernah kutemui.

Gusti masih mengoceh di sampingku mengomentari kulitnya yang seputih susu, bibirnya yang merekah berwarna merah jambu, giginya yang rapi, lesung pipi yang muncul setiap kali dia tersenyum, matanya yang berbinar indah dan rambutnya yang terlihat begitu lembut. Dan yang tidak mungkin dilupakan adalah busungan yang sempurna di dadanya. Meskipun agak mengeluh ketika mengomentari dagunya.

Tapi mataku tetap tidak berpindah dari dagunya. Dagu yang langsung membuatku jatuh cinta. Mabuk. Semabuk-mabuknya.

Bukan hanya kami yang memperhatikan sosok itu. Wajar saja. Dia terlihat begitu berkilau di antara kami yang kelabu. Laki-laki lain yang kebetulan lewat atau duduk di dekatnya juga tidak malu-malu melahap sekujurnya. Begitu rakus menjilat-jilat lewat pandangan mata yang menelanjangi penuh nafsu. Tapi aku hanya terkekeh puas dalam hati. Hanya aku yang tahu bagian terindah perempuan itu. Mereka semua terlalu buta untuk bisa melihat keindahannya yang dengan manis dia sembunyikan dari yang lain dan memasrahkannya untuk kunikmati sendiri.

Aku mengamati dagunya yang bergerak-gerak manis saat dia berbicara. Ikut tersenyum ketika dagunya mengencang saat bibirnya menyunggingkan senyum. Oh, betapa ingin aku mencium dagunya. Dagu terindah yang setelah sekian lama akhirnya kutemui lagi. Dagu istimewa yang tidak dimiliki oleh orang kebanyakan. Dagu yang langsung menghadirkan berjuta perasaan nostalgia dan haru.

Perasaanku membuncah.
Darahku berdesir.
Jantungku berdentam.

Semua hanya karena dagunya. Dagu yang begitu sempurna karena dihiasi sebuah lingkaran sebesar koin logam lima puluh rupiah berwarna hitam. Aku juga bisa merasakan bulu-bulu halus yang memenuhi lingkaran itu membelai bibirku.

Oh Tuhan...
Sesuatu mulai mengeras di selangkanganku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar