Rabu, 20 Juni 2012

Flash : Mencari Istri

“Trus maunya kamu yang gimana kriterianya?” Bella bertanya penasaran setengah menggoda setelah menyeruput jus jeruknya dengan cepat untuk menghilangkan rasa pedas yang membuatnya mendesis.

Warung bakso ini tidak terlalu ramai sehingga kami pun tidak segan untuk berlama-lama, meskipun sebelumnya dia berpesan agar tidak terlalu lama nongkrong karena harus segera pulang menggantikan ibunya menjaga putri semata wayangnya di rumah. Peninggalan dari mantan suaminya.

”Yah aku pengennya yang pinter masak, telaten ngurus rumah, humoris, dan smart. Soal fisik kan relatif yang penting nyaman ajah.” sahutku sembari menatap mangkuk kosong di hadapanku.
”Pinter masak? Telaten ngurus rumah? Ya ampun, Dilla... Kamu kayak lagi nyari istri deh...” Dia menanggapi disusul tawa cerianya.  Aku juga ikut-ikutan tertawa. Garing. Mataku sekarang lekat di bibirnya yang masih tersungging. Menggoyang ranting di relungku, membuat ratusan kupu-kupu di sana beterbangan ke segala penjuru.

”Satu lagi yang penting. Dia tidak harus lajang. Aku bersedia kok meskipun dia itu berstatus janda.. eh duda...” tambahku yang langsung disambut tawanya lagi. Ya, malah aku akan sangat bersedia mendampingi janda yang sekarang sedang tertawa kenes di hadapanku ini. Biarlah... Aku akan sabar menunggunya menjadi istriku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar