Aku mengelus-elus perutku yang mulai membusung sembari dengan santai menusuk-nusuk potongan hati di piringku, menyuapkannya ke dalam mulut. Mengunyahnya perlahan sebelum menelannya. Begitu terus berulang-ulang satu per satu, hingga akhirnya piring di hadapanku kosong.
Aku membersihkan
mulutku, lalu membereskan piring di hadapanku. Setelahnya kembali lagi
menemuimu yang masih duduk bersandar di tembok dengan perut menganga. Aku
membungkuk.
”Semua demi anak
kita. Dia pengen mencicipi hati bapaknya...” bisikku di telingamu sembari
membelai perutku. Setidaknya kelak anak kita tidak akan
terus-terusan berliur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar