“Kabarnya kau beli unit apartemen yang baru? Serius di properti nih kayaknya?” tanya Toni kepada Randy yang hanya menanggapi dengan senyum dikulum. Toni langsung meninju pelan pundaknya, “Dasar, pake diam-diam segala. Takut ditagih traktir?” sambungnya yang langsung memecahkan tawa kami.
”Yah itung-itung
investasi, Ton. Kita kan gak tahu ke depannya gimana. Si Ahmad tuh yang
kudengar barusan beli tanah.” Kali ini pandangan mereka langsung mengarah lekat
ke arahku.
”Wah, hebat tuh.
Diam-diam ternyata Tuan Tanah juga.” guraunya. Aku hanya tersenyum sopan. ”Beli
di mana, Mad? Mau bikin perkebunan? Berapa hektar?” tanyanya lagi.
Aku menghela
napas, ”Nggak sampe hektar-hektaran kok. Cuma sebidang tanah tepat di sebelah
makam ibuku...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar