Aku menyampirkan ransel butut itu ke pundak kananku. Aku seolah bisa melihat sekaligus menghitung lembaran-lembaran uang di dompet dan benda-benda berharga di dalam sana. Hasil kerjaku sepanjang pagi. Setidaknya aku bisa istirahat sampai lusa.
Lampu di
perempatan kebetulan merah. Bersama-sama pejalan kaki lain aku menyeberang
santai. Hanya tinggal selangkah lagi tiba di seberang ketika mendadak tubuhku
tersentak. Ransel butut di pundakku lenyap. Dengan cepat aku berbalik berusaha
mengejar motor yang ditumpangi kedua penjambret itu sambil meneriaki mereka,
tapi akhirnya kedua tungkaiku terhenti kelelahan.
Setelahnya aku hanya
bisa menyesali hasil jarahanku yang sekarang sudah berpindah tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar