Pintu terbanting
lalu hening
Tiada lagi
letupan memekakkan telinga
serupa mercon
yang meluncur dari sela-sela bibir kita
dengan hujan
ludah berisi serapah
serta mata yang
panas akan pecah
Hanya aku
sendirian di sini sekarang
meski sisa-sisa
pertarungan belum total terbuang
beberapa sisa
letusan masing terngiang
membuat dua
sungai menggenang
Berisi benci,
sakit hati,
dan entah apa
lagi
Yang perlahan
menghilang
memudar dari
sekujurku yang terasa gamang
lemas karena
tenaga mendadak menghilang
menjauh tak
menyisakan bayang
Dan saat itu kau
datang menghampiri
melingkarkan
lenganmu yang hangat
menentramkan aku
yang merasa begitu sendiri
meredakan segala
rasa yang tadi menyengat
Mataku terpejam
di dalam
kedamaian yang begitu jernih
yang membuat
segala rasa teredam
terhisap habis di
balik sunyi
Kau yang kunamai
Sepi
di dalam
dekapanmu kurasakan
ketenangan yang
begitu murni
yang hanya akan
menghadirkan
Kerinduan yang
begitu dalam
pada sosok
tersayang
yang barusan
menghilang
di balik pintu
yang berdentam
Tapi tidak
mengapa
di sini di dalam
dekapan sepi
aku akan terus menanti
dia menyambutku kembali ke dalam
peluknya...
Seperti yang
sudah-sudah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar