Aku lega karena akhirnya pesta usai dan tetamu sudah meninggalkan rumahku. Dengan gontai aku masuk ke kamarku lalu duduk di depan cermin. Menatap pantulan di sana. Raut wajah ramah. Wajah yang membuat orang-orang betah berlama-lama. Wajah yang begitu bersahabat.
”Topeng yang
bagus.” Kau bersandar di pintu kamar yang terbuka. Dengan tidak sabar aku
langsung menarik helaian tipis di bawah daguku, melepasnya.
Wajah ramah pun
hilang, berganti dengan raut kecut.
”Memang bagus,
tapi sangat melelahkan. Lihat saja mereka. Tamu-tamu yang memuakkan itu. Untung
saja aku tidak perlu mengenakan topeng ini sepanjang waktu. Bisa-bisa aku
mati!” tukasku. Kau tersenyum. Aku menatapmu dari cermin.
”Aku lebih suka
rautmu yang sebenarnya. Di balik topeng itu.” ujarku. Ketus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar