Tidak jarang aku ingin tertawa sendiri
jika mengingatnya
kembali
Jatuh cinta pada
pandangan pertama
apakah memang
benar-benar nyata?
Masih ingatkah kau saat itu
kala dua pasang mata kita menyatu?
Di tengah-tengah
pesta topeng yang super meriah
dengan tamu
berjubel serupa tumpah
di balik kelebat
dan kilau aneka warna dan rupa
bagaimana bisa
matamu nan indah menyapa?
Mata sedalam
telaga
yang tidak pernah
bisa kulupa
membuatku berat
memalingkan muka
yang telah
ditarik magnet super digdaya
Masih ingatkah kau saat itu
yang dengan kejam langsung berpaling dariku?
Betapa ingin
rasanya aku menjerit
sekencangnya
karena mendadak duniaku goyah
menyisakan
gelombang diiringi decit
aku begitu tidak
siap ditinggal sendirian dan hampa
Mata serupa magnet
semesta
yang memastikan
organku tetap di orbitnya
dan tanpanya
duniaku seolah
runtuh seketika
Masih ingatkah kau saat itu
yang pasti diam-diam menertawakan ketidakberdayaanku?
Di hadapanmu aku
hanyalah boneka
yang bisa kau
perlakukan sedemikian rupa
tapi entah
mengapa
rasanya memang
itulah yang kuminta
Mata yang
memancarkan aneka warna
kerlap-kerlip bergemerincing
hahkan topeng
seram yang menaunginya
tidak mampu
menahan kerling
Masih ingatkah kau saat itu
yang tanpa niat telah menghisap habis kesadaranku?
Di hadapanmu aku
seperti para pecandu
yang tidak kuat
menahan desakan relung yang butuh
karena yang
mengisi otak keruhku hanya tatapmu
yang membuatku
sanggup bersimpuh mengemis padamu
Mata yang
membebaskan jelaga
menyatu kembali
bersama-sama kaumnya
menyisakan hanya
kemurnian semata
bergelora oleh
cinta membara
Masih ingatkah kau saat itu
yang tanpa ampun mengombang-ambingkan aku?
Aku hanyalah
perahu nista
di tengah
samudera nan perkasa
yang hanya bisa
pasrah
diayun dan
dihempaskan tak tentu arah
Mata yang tak
terbaca
menyimpan misteri
di dalam kuburnya
menjadi fosil
yang tak berlabel harga
jauh di dasar tak tersentuh manusia
Masih ingatkah kau saat itu
yang mungkin karena kasihan akhirnya menantiku?
Kedua tungkaiku rasanya
begitu tua
tak berdaya untuk
mensejajarkan langkah
denganmu yang
sudah jauh melanglang buana
puas bermandi,
minum, bahkan memuntahkan cinta
Mata yang tak lagi
menjanjikan cinta
namun entah
kenapa tetap kupuja
begitu lega
ketika berhasil bercermin di dalamnya
yang polos tanpa
prasangka, bahkan cinta
Tapi itu tak
mengapa
mata yang katamu
sudah mati itulah
yang sudah
mengobarkan kembali jiwa muda
yang entah kapan sudah
lama kulupa
Zaman sudah
memasuki penghujungnya
aku tidak ingat
sudah kali berapa
aku menatap
matamu nan indah mempesona
tapi entah kenapa
pertanyaan ini selalu membahana
Masih ingatkah kau saat itu
kala dua pasang mata kita menyatu?
Sekarang aku
tidak lagi ingin tertawa
karena jatuh
cinta pada pandangan pertama
memang
benar-benar nyata
itu yang kurasa setiap
kita bertemu mata
Mata yang sekarang
penuh berlumur cinta
dengan bayang
sosokku di dalamnya
satu-satunya yang
berendam di sana
di telagamu yang
tak lagi menapikan cinta
Membuatku
berkali-kali jatuh cinta
dan terus
mencinta
selayaknya cinta
pada pandangan
pertama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar