Kamis, 16 Agustus 2012

Puisi : Kaset Rusak


Kau masih mencintaiku?

Kau bergeming, seolah pertanyaan itu bukan ditujukan buatmu
atau malah sama sekali tak tertangkap telingamu.
Aku tak bisa menyalahkanmu.
Mungkin kau sudah muak dengan pertanyaan yang itu-itu saja.
Pertanyaan yang begitu sering kuulang,
kutanyakan kepadamu
seperti kaset rusak
yang akan memutar bagian yang itu-itu saja.

Pertanyaan yang seringkali disusul
oleh kalimat dan kata-kata yang pecah seperti beling
menggelinding ke sekeliling.
Beling tajam yang dengan mudahnya
menyayat perasaan kita yang setipis kulit ari.
Mengucurkan luka,
menguarkan anyir darah
yang bebas mengudara
menyesakkan paru-paru kita.
Begitu seringnya adegan itu terekam di otakku
seperti kaset rusak,
mengulang adegan yang itu-itu saja.

Tapi aku merasa selalu butuh.
Kau tidak bisa menyalahkanku.
Meskipun memang sudah tidak terhitung berapa kali
kau mengulang-ulang jawaban yang sama,
dan aku akan acuh seolah deretan kata-kata itu
hanyalah bagian kaset rusak yang macet
sehingga mengulang yang itu-itu saja.

Padahal aku hanya sedang menanti saat itu
seperti pelangi yang muncul dengan anggun
setelah langit puas meraung.
Seperti kupu-kupu yang dengan hati-hati
menjejakkan kaki di bunga pertamanya,
menyesapi madu pertamanya dan terlena.
Seperti kecupan pertama kita
yang malu-malu layaknya perawan yang baru mengenal cinta.
Betapa ingin aku merekam adegan itu,
berharap kasetnya segera rusak dan macet
sehingga akan terus mengulang adegan yang itu-itu saja.

Kau masih mencintaiku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar