Sabtu, 25 Agustus 2012

Flash : Padam


Malam. Kelam. Tenggelam. Padam

Bibirku sudah mati rasa. Lidahku kelu dan pegal luar biasa. Setelah pergumulan yang harusnya menghadirkan jutaan rasa. Yang selama ini selalu kita cecap tanpa setitik pun merasa dipaksa. Seperti yang sekarang kurasa.

Aku seolah terseret ke dalam pusaran. Megap-megap berusaha keluar dengan segala daya yang tersisa. Seperti ikan-ikan Salmon yang berenang menantang arus, begitulah aku. Begitu keras berusaha melawan arus yang menyeretku menjauh. Darimu. Dari manis madu gairah.

Aku tak rela melepas lalu pasrah membiarkan diriku terhisap habis. Aku yakin masih ada yang tersisa jauh di sana, di relungku. Seperti nyala lilin mungil yang bertahan sendiri di tengah hembusan angin kencang di sekeliling, berusaha memadamkan nyalanya.

Kau menatapku. Tak perlu kau katakan pun aku sudah tahu. Semua putus asa yang terpancar jelas di rautmu. Karena setelah semua yang kau lakukan. Aku tetap layu. Mengkerut kuyu. Serupa lintah yang berpuasa berwindu-windu.

”Padahal katanya itu Viagra yang asli.” keluhku. Hanya asap samar tersisa di atas lilin mungil. Nyalanya sudah padam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar