Dia di sana sendiri terbaring di hamparan luas
dengan mata terpejam namun penuh was-was
bergetar halus
seiring jilatan mataku yang buas
dengan seringai
puas
Dia masih sangat
muda
kulitnya begitu
halus tak beda
dengan saat
ketika dia baru menyeruak
keluar dari pintu
surgawi seraya membiak-biak
Kulitnya yang masih
berwarna merah muda
tersaput gurat
malu di setiap sentuhan menggoda
yang terasa
begitu asing sekaligus dirindu
seperti lebah
yang baru pertama kali mencicip madu
Madu yang
langsung membuatnya mabuk
tergila-gila,
meradang merindukan peluk
tak peduli
matanya yang masih buta
tak tentu arah
meraba-raba berharap bertemu cinta
Cinta pertama
yang katanya pasti selalu indah
menghadirkan
getar yang membuat sekujur berdenyar
dengan sejuta
rasa tak terkata yang serempak membuncah
menyengat tajam
menyisakan debar
Debar yang
membuat paru-parunya kembang-kempis
seolah kehabisan
udara yang mendadak menipis
serempak dengan
perutnya yang masih tipis
berisi jutaan
kupu-kupu yang langsung membuatnya ingin pipis
Pipis yang bukan
pipis
karena yang
berdenyut bukan liang pipis
namun yang
terselubung masuk berselaput tipis
yang meski
malu-malu terlihat kembang kempis
Di antara tungkainya
yang kurus tersemat mawar
yang begitu
mungil dengan aroma madu manis menguar
tapi mawar itu
masih kuncup
yang sudah ranum
memancing untuk kukecup
Kukecup sepuasnya
Mencecap samar
madunya yang muda
Berharap agar dia
segera merekah
Dengan madu kaya
rasa nan melimpah
Aku akan dengan
sangat sabar menunggu
hingga tiba
waktunya kuncup nan elok merekah
dan saat itu aku
tidak akan ragu
untuk berdiam di
dalam kehangatannya yang indah
Oh, kuncup mawar
lekaslah merekah
kuingin memetik
dikau...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar