Dengan langkah gontai dia meninggalkan perempatan yang mulai sepi karena langit sudah gelap dari tadi. Kaleng yang dia tadahkan bergemerincing dengan koin yang hanya beberapa keping. Perutnya sudah berontak sedari tadi minta diisi. Setibanya dia di pojok di kolong jembatan, beberapa temannya sudah lebih dulu di sana. Nasib mereka tidak jauh berbeda. Hanya beberapa keping koin mengisi kaleng mereka masing-masing.
”Bayu kemana?”
tanyanya ketika tidak melihat teman mereka yang paling kecil. Sebelum sempat
dijawab, Bayu sudah kembali dengan sebuah bungkusan.
”Cuma cukup buat
beli yang kecil.” katanya tanpa ditanya.
Mereka pun lalu
duduk berkerumun dan mulai mengedarkan barang yang dibeli Bayu tadi
berkeliling. Hingga tiba gilirannya. Dengan sisa tenaga dia mengangkat sekaleng
lem itu ke dekat hidung lalu menghirupnya dalam-dalam.
Setelah itu perasaannya
yang gundah perlahan lenyap berganti kenyamanan dan kehangatan. Pandangannya yang jernih sekarang bisa melihat dengan jelas sebakul nasi mengepul
lengkap dengan lauknya yang masih hangat. Siap mengisi perutnya yang sudah kempes
sedari pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar