“Aku suka ngiri deh sama kalian. Kamu dan Bobby itu pasangan yang sangat sempurna, menurutku.” cetus Linda yang diikuti anggukan setuju Karen dan Sisca.
Sore ini kami
sedang nongkrong bersama di kafe setelah cukup lama tidak sempat bertemu
sekedar bertukar cerita. Aku hanya tersenyum simpul menanggapi perkataannya.
Bukan kali ini saja mereka akan memuji-muji aku dan Bobby.
”Iya. Kapan lagi
punya pacar seperti Bobby? Dia bukan hanya sukses, tapi juga setia. Blom lagi
pengertian-nya itu... Aku juga ngiri.” Sekarang Sisca yang buka suara.
”Ah, kelak kalian
akan bertemu dengan pangeran-pangeran kalian juga kok.” hiburku kepada mereka meski
sekarang hidungku rasanya sudah membengkak karena terlalu bahagia. Siapa sih
yang nggak bahagia jika mandi pujian?
Hingga saat itu,
aku yang kebetulan duduk menghadap ke luar kafe melihat pasangan yang lewat.
Mereka begitu mesra. Senyum menghiasi bibir perempuan yang sekarang bergelayut
manja di lengan laki-laki itu. Bobby-ku.
”Yah, semoga saja
aku bisa bertemu laki-laki yang seperti Bobby...” imbuh Linda lagi.
Kali ini aku hanya mengangguk tanpa semangat.
Bibirku rasanya berat sekali untuk membentuk senyuman. Rasanya begitu pahit dan
perih seiring dengan suara gemeretak di sekujurku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar