Kamis, 16 Agustus 2012

Flash : THR


“Pak, Weni udah punya baju baru…” Lastri, putri semata wayangku  mengabarkan setengah merengek. Weni adalah teman mainnya. Istriku yang sedang memotong-motong tempe sekarang menatapku. Aku mengusap kepala putriku.
”Iya. Hari ini Bapak dapat THR kok. Jadi bisa beli baju baru buat kamu.”
”Asiiikkk... Jadi punya baju baru...!!” Aku hanya tersenyum seraya mengangguk. Lalu bangkit, meraih jaketku, menatap istriku sejenak lalu keluar.

Namun yang kutemui hanya teman-teman dengan raut yang tak kalah lemasnya dari aku. Bersama-sama mereka aku berdiri di depan pintu besi yang tertutup. Lusa sudah Hari Raya, jika hari ini kami masih belum mendapatkan THR, maka itu artinya kami harus melalui hari dengan tangan kosong.

Sudah lewat tengah hari, kami pun meninggalkan tempat itu satu per satu. Aku yang paling belakangan berangkat dengan langkah kaki berat. Kata-kata Lastri dan raut wajah istriku berganti-ganti mengisi benakku, mengoyak-ngoyak harga diriku sebagai ayah dan suami.

Hingga saat itu mataku mendadak tertumbuk kepada dompet yang mengintip malu-malu dari tas perempuan di hadapanku dan bayangan baju baru buat Lastri langsung memenuhi pandanganku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar