Selasa, 14 Agustus 2012

Flash : Buy One Get One FREE


Aku memandangi istriku yang sudah terlelap sedari tadi. Cahaya purnama yang menerobos sela-sela tirai membelai wajahnya yang damai. Dengan hati-hati aku menarik selimut menutupi tubuhnya.

Rasanya seperti mimpi aku akhirnya bisa menikah dengannya. Gadis idola di kampusku yang dalam keadaan normal tidak mungkin bersedia kunikahi. Tapi siapa yang peduli? Yang penting sekarang kami sudah sah menjadi suami istri. Biarlah pandangan heran dan sinis itu berlalu di belakang.

Mataku tertumbuk ke perutnya yang membuncit. Membayangkan seperti apa rautnya kelak. Semoga dia mirip dengan istriku yang jelita. Aku tidak akan sanggup jika jabang itu memilih mewarisi raut ayahnya. 

Yang bukan aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar