Di suatu sore yang manis
langit mendadak meringis
menghantarkan
gerimis
yang mengalun
lembut melankolis
Sore itu memang sangat
manis
kucecap sudah rasanya
yang tak habis-habis
berharap bisa
menemukan rasa lain walau hanya seiris
tapi yang menyapa
lidahku hanya manis
Betapa ingin aku
tularkan rasa manis
ke mata indahmu
yang dirundung tangis
tak sudah-sudah
oleh ulah si Bengis
demikian aku selalu
menyebutnya dengan sinis
Pertanyaan muncul
tak berhenti mengais
rasa penasaranku
tentangmu dan si Bengis
hubungan istimewa
yang di mataku hanya berupa garis
yang dari hari ke
hari semakin samar menipis
Aku tidak sama
dengannya yang bengis
merobek hati dan
relungmu tanpa sanggup kautepis
kaubiarkan dia
bermain meski perasaanmu teriris
rasa perih, kecut
dan asam yang kaunyatakan manis
Sore yang begitu manis
tak hanya
ditemani langit yang meringis
namun juga harus
menyaksikan tangis
yang dimataku tak
lagi manis
Segala dayaku
perlahan habis
nyaris tak
bersisa lagi untuk meneteskan manis
yang langsung
kering terhisap hubunganmu dengan si Bengis
menyisakan
relungku sendiri yang ikut teriris
Gerimis di sore
yang manis
biarlah hanya
untukmu dan si Bengis
nikmatilah berdua
sampai habis
aku sudah bosan
dengan yang manis-manis
Menurutmu aku sinis?
Yo wis...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar