Rabu, 22 Agustus 2012

Flash : Pengantin


Aku menatapnya. Pengantinku yang gemulai mempesona. Senyum mengembang di bibirnya yang berwarna merah muda. Aku meraih tangannya, menggenggamnya lembut. Kami saling menatap penuh cinta, mengacuhkan tatapan iri orang-orang di hadapan kami.

Musik dinyalakan dan kami mulai berdansa. Berputar mesra. Gaun putihnya yang bertaburan bunga warna-warni berkibar lembut. Tanganku memeluk pinggangnya dengan mantap. Bersama-sama kami menari berayun di pentas kami berdua diikuti tatapan takjub dan terpesona. Ketika musik berhenti kami kembali berdiri berdampingan dengan tangan tetap bertaut. Membungkuk sopan sebagai ungkapan terima kasih pada gemerlap di mata dan senyum yang memenuhi wajah mereka.

Itu adalah hadiah yang lebih berharga dari apa pun juga. Hadiah yang sudah tak terhitung berapa kali kami terima sejak kemunculan kami di sini. Di dalam sebuah bangunan serupa istana mungil bersama-sama puluhan pasangan pengantin di singgasana masing-masing dengan label indah bertuliskan angka di depannya. 

Sepasang kekasih sedang berdiri di depan singgasana kami. Aku bisa merasakan cinta yang begitu kuat mengikat mereka. Seperti cintaku dan pengantinku. Seorang perempuan berpenampilan rapi menghampiri mereka. Dia kukenali sebagai pemilik istana mungil ini.
”Yang ini produk terbaru kami, Mbak. Boneka pengantinnya bisa menari mengikuti irama musik. Kuenya juga bisa dimodifikasi berapa tingkat sesuai selera...” ujarnya semanis gula. Pasangan kekasih itu mendengarkan dengan penuh minat.

Musik kembali dinyalakan dan kami mulai berdansa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar