Jumat, 27 Juli 2012

Flash : Alibi


Aku membuka pintu ruangan dan dua orang petugas yang sudah lebih dulu ada di sana menghentikan interogasi mereka, mengangguk dengan hormat ke arahku. Aku membalas anggukan mereka lalu tatapanku berpindah ke pria yang wajahnya sudah dihiasi memar. Pasti dia mendapatkannya selama proses interogasi.

“Dia masih belum mau mengaku, Pak,” lapor seorang petugas sembari menatap garang ke arah tersangka yang sekarang menunduk.
”Alibinya tidak valid. Dia mengaku tidak berada di apartemen saat malam kejadian pembunuhan itu, namun dia tidak bisa menjelaskan kemana dan sedang apa di waktu perkiraan kejadian. Tidak ada juga saksi yang dapat membenarkan alibinya.” sambung rekannya.

Aku tidak berkomentar, hanya menatap ke sosok itu. Dia terlihat begitu lelah dan tak berdaya. Sudah hampir dua hari dia ditahan dan diinterogasi untuk kasus itu. Aku tidak menyalahkan petugas yang begitu ngotot ingin mengorek kebenaran darinya. Kebenaran memang harus terungkap, namun jangan sampai orang yang tidak bersalah menanggung segala akibatnya.

”Bukan dia pelakunya.” ujarku yang langsung disambut tatapan heran kedua petugas. Bahkan pria itu juga ikut mengangkat wajahnya. Matanya nanar menatapku.
”Tapi, Pak... Semua bukti yang kuat mengarah kepadanya. Selain itu alibinya...”
”Saat itu dia memang tidak berada di apartemennya. Dia tidak berbohong.” Aku menghela napas dalam-dalam.

”Dia bersamaku malam itu. Sampai pagi...” tandasku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar