Selasa, 10 Juli 2012

Puisi : Lelang Perawan


Gemerlap lampu aneka warna memanjakan mata.
Suara musik dan ajakan berlumur gula bersaing menyapa telinga.
Aroma keringat dan parfum beradu di udara meruyak-ruyak penciuman.
Belaian kilat di bokong membuat langkah mendadak perlahan.

Membuat darah mendesir.
Membuat jakun naik turun.
Membuat mulut kering.
Membuat dahi berembun.

Pasar kaget ini hanya buka setiap Kamis.
Bukan hari Sabtu sebagai hari wajar untuk memadu kekasih.
Namun tidak ada yang melontar protes.
Semua tanpa daya terseret datang mulai dari sekedar cuci mata hingga birahi.

Kaki-kaki yang sudah lelah seharian
Seolah terisi tenaga baru
Berlomba-lomba ke pojokan
Gedung kusam dengan gerbang berwarna biru

’Lelang Perawan’
Begitu bunyi tulisan yang ditulis seadanya di papan
Maklumlah karena ini hanya pasar kagetan

’Lelang Perawan’
Tidak ada yang rela tertinggal dan kehabisan
Merasakan perawan yang pasti bikin geregetan

’Lelang Perawan’
Dimana lagi bisa mendapatkan
Paket perawan yang begitu menawan?

Darah semakin mendesir.
Jakun semakin bergairah naik turun.
Mulut merindukan liur yang mengering.
Telapak tangan sekarang penuh sisa embun.

Membaca tarif di papan yang dituliskan oleh kapur
Tarif perawan khusus untuk hari ini
Otak yang lamban harus berpikir cepat meski kabur
Mengalah pasrah oleh tuntunan birahi

Uang di dompet sudah cekak
Tapi darah ini tidak sabar ingin menenggak
Manisnya perawan serupa tuak
Yang pasti memabukkan nafsu beludak

”Mau yang tarif berapa?”
Telunjuk gemetar menunjuk ke daftar menu perawan.
”Sendirian saja?”
Emangnya siapa yang rela berbagi madu perawan?

Lembaran uang terakhir beranjak dari lipatan
Digantikan dengan kunci di tangan
Kunci berukir nomor ruangan
Tempatku mereguk perawan

’Lelang Perawan’
Deretan huruf itu penuh semangat berkelebatan
Begitu jelas setelah aku kembali dari awan

Perawan yang ternyata tidak lagi perawan
Yang sudah begitu fasih mengartikan segala sentuhan
Tidak ada madu yang memabukkan di cawan
Maklumlah yang kupilih hanya paket dua puluh ribu-an

’Lelang Perawan’
Siapkan madumu yang manis di cawan
Karena aku akan kembali lagi setelah gajian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar