Aku membuka mataku malas-malasan, namun menyerah karena silaunya berkas cahaya matahari yang begitu ngotot mencorong masuk dari balik tirai kamarku yang tipis. Hanya aku sendirian. Ranjang di sisiku masih menyisakan samar kehangatan. Ternyata dia sudah pergi tanpa menungguku.
Aku meregangkan
tubuhku. Menggoyang leherku ke kiri dan kanan bergantian. Sepasang telapak
kakiku mencium karpet. Kubiarkan mereka bertukar kabar sebelum bangkit dan
berjalan keluar. Hari memang masih pagi, tapi aku harus segera berbenah. Ada
undangan makan siang dari Donny, sahabat lamaku. Setelah hampir lima tahun
tidak saling bertukar kabar, pasti banyak yang ingin kami bicarakan siang ini.
”Bawa juga
istrimu, yah...” katanya saat mengundangku kemarin. Aku hanya terkekeh
menanggapinya.
Istri yang mana?
Aku masih terlalu asik menikmati perempuan-perempuan molek yang bertebaran
bebas di sekitarku, lalu kenapa harus buru-buru mengikat diri? Ingatanku
menghadirkan sosok perempuan yang menghabiskan waktunya denganku semalam.
Padahal kalau dia tidak langsung menghilang, aku berniat mengajaknya ke reuni
siang ini. Setidaknya jika situasi lebih ramai kami bisa jadi lebih cepat
akrab.
Waktu terbang dan
sekarang aku sudah di meja yang kupesan kemarin, duduk menanti kemunculan
sahabatku. Memang masih terlalu awal, tapi tidak mengapalah. Toh aku sedang
tidak terlalu sibuk hari ini.
”Andre? Udah
lama?”
Aku mengangkat
pandanganku dari menu di hadapanku. Donny berdiri di hadapanku dengan seorang
perempuat. Jantungku mencelos.
”Apa kabar?
Kenalin ini istriku...”
Aku langsung seperti
kerbau dungu, mengulurkan tangan tanpa berkata-kata. Bayangan pergumulanku
dengan perempuan itu semalam langsung berkelebat liar di benakku. Perempuan
yang sekarang sedang tersenyum malu-malu menyambut uluran tanganku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar