Semua perempuan serupa kucing
yang selalu mengeong saat lagi butuh
begitu katamu
setengah memicing
Kenapa begitu
tanyaku
Kenapa harus
kucing?
Aku tidak merasa
suara mengeong merdu
Ada yang mendesis
entah karena
kepanasan atau kepedasan
seperti anakonda
mereka akan melilitku sampai meringis
enggan melepasku,
terus memeras, membuatku mengejan
tanpa daya
membiarkan sariku terkuras habis
tanpa sisa,
kerontang, berharap menyisakan kepuasan
Ada juga yang
menggeram
membuatku ragu
apakah mereka ingin aku terus atau berhenti
seperti anjing
hutan melihat musuh
atau hanya ayam
yang lagi mengeram
tapi rancapan
kuku di lengan langsung kumengerti
kehadiranku
diinginkan lebih lama hingga subuh
Malah ada yang
melenguh
seperti sapi yang
sedang asik memamah biak
merasakan
kenikmatan yang berlompatan liar di sekujur tubuh
tanpa perlawanan,
pasrah sepenuhnya diruyak-ruyak
oleh gada perkasa
terselubung buluh
yang terus
merangsek sibuk membuat riak-riak
Mendesis
Menggeram
Melenguh
Atau mengeong
seperti katamu
Liang mereka tetap
sama, sangat dalam
berulir, berliku
seperti labirin
tidak jarang aku
bukannya berenang namun harus menyelam
menyusuri dinding
misterius berdarah dingin
yang selalu siap
memangsa apapun yang tertanam
di relung empuk,
subur yang berbuah janin
Semua perempuan tetap
serupa kucing
mereka mendesis,
menggeram, melenguh dan pastinya mengeong
katamu lagi keras
kepala
Memang bukan
karena suara itu merdu
kali ini kau
menjawab dengan senyum terkulum
pasti kau puas
melihat kebingungan di mataku
berbalur geram
dan kesal yang berputar seperti pendulum
Kau pernah
melihat atau setidaknya mendengar
sepasang kucing
yang sedang bertengkar?
Tanyamu seolah
guru yang sedang mengajar
yang langsung aku
jawab dengan anggukan tak sabar
Adu meong pasti
berlangsung sangat lama
Ada yang iramanya
lambat syahdu hingga bising penuh lonjakan
Sebelum akhirnya
semua berakhir dengan hening
Bukankah seperti
itu saat kita menyetubuhi perempuan?
Dimulai dari
pemanasan yang syahdu hingga lonjakan saat menggapai puncak
Hingga berakhir
lemas dan semoga puas?
Tapi kenapa harus
kucing?
tanyaku lagi
masih belum terima
Kau hanya
menggeleng dengan senyum tersungging
Ya karena mereka
memang seperti kucing acak kadut
yang seringkali
berlagak tidak suka didekati seperti melihat musuh
namun begitu
bergairah sehingga liangnya akan langsung basah dan berkedut
meski hanya
dengan satu kali sentuhan serupa membasuh
Lalu mereka akan
mendesis
Menggeram
Melenguh
Dan akhirnya mengeong
syahdu hingga bising
Lalu hening
Lemas dan semoga
puas
Kau sudahi
penjelasan dengan kerling
memercik
gemericik di pembuluhku
kau benar,
perempuan memang serupa kucing
semua tergambar
jelas di sorotmu yang terpantul di mataku
Kau setengah
berjingkat
Bibirmu dan
telingaku begitu lekat
”Meong...”
bisikmu dekat
Aku tercekat...
Aku tidak akan
lemas
Kau pasti puas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar