“Kamu jadi ke undangan ’bukber’ Febby ntar sore, kan?” tanya Nita saat kami bertemu di depan lift. Aku hanya mengangguk. Kami memang berjanji pergi bersama meskipun sepertinya hampir semua orang di kantor ini mendapat undangan yang sama.
”Gak biasanya
kita dapat undangan dari dia. Secara kita kan di luar lingkaran pertemanan
dia.” ujarku. Nita mengangguk. Pintu lift membuka. Hanya kami berdua
penumpangnya.
”Yah tapi
penasaran juga sih. Secara tempatnya keren gituh. Di hotel berbintang.”
”Iya sih. Ya udah
ntar sore kita ke sana barengan. Udah bawa perlengkapan kan? Masa kita ke hotel
berbintang kucel?” Kami sama-sama tertawa sebelum berpisah karena aku keluar
lebih dulu.
Maka sesuai janji
sorenya setelah terlebih dahulu mengganti pakaian dan berdandan kami langsung
berangkat ke lokasi acara yang disebutkan di dalam undangan. Ketika tiba
ternyata di ruangan itu sudah ramai dengan undangan lainnya. Beberapa dari
mereka kami kenal, namun kebanyakan tidak. Mungkin itu teman-teman Febby di
luar kantor. Tapi kami bisa langsung berbaur karena tak disangka para undangan
itu yang meskipun berpenampilan mewah begitu ramah kepada kami.
Acara buka
bersama berlangsung menyenangkan dan akrab. Semua orang begitu ramah. Febby
hanya sesaat menemani kami karena dia cukup sibuk hilir mudik di antara para
tamu. Setelah semua undangan tidak sibuk dengan makanan berat, seorang MC
muncul di pentas disambut riuh rendah parra undangan. Hanya aku dan Nita yang
terbengong.
Jangan-jangan...
”Masih mau
bekerja untuk uang?” MC bertanya dengan penuh semangat.
”Cape
deeeehhh...!” balas sebagian besar undangan dengan serempak.
”Kalau begitu
kenapa bukan uang yang bekerja untuk kita?!” tanyanya lagi yang langsung
disambut dengan tepuk tangan dan yel-yel riuh.
Aku menatap Febby
yang sibuk beryel-yel seperti yang lain. Setelahnya bertatapan dengan Nita dan
kami akhirnya tersadar. Jadi ini bukan undangan bukber biasa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar