Mendadak aku terkenang
saat itu di tepi sungai yang membentang
Bersamamu berdua
hari itu kala petang
yang redup oleh
langit sehabis mengerang
Tanah masih basah
usai menjerang
tangisan langit
yang masih mengiang
Patah hati oleh
pedang yang menghadang
menyisakan kilat
diiringi gemuruh yang garang
Berdua kita
mengamati petang
yang masih
menyimpan isak langit yang jarang
Mengkristal rapat
namun tak lagi menggenang
serupa tirai
tipis yang berayun riang
Mendadak dari
balik ilalang
satu persatu bermunculan
kunang-kunang
tersipu malu
meski sayap telah terentang
menghiasi susuran
sungai serupa gugusan bintang
Para
kunang-kunang
yang semakin
ramai berdansa di antara ilalang
hadir dengan
ramah menggantikan gemintang
yang masih terpasung
langit muram kerontang
Tarian
kunang-kunang
yang begitu polos
berenang-renang
di balik ilalang
tersaput kabut menyisakan bayang
mendaraskan
kerinduanku untuk pulang
Disaksikan langit
yang masih menatap nyalang
menyimpan iri
pada bumi yang diramaikan tarian kunang-kunang
bibirku menemukan
bibirmu untuk berpulang
memagut dan
menyesap nikmat yang sedari tadi mengapung serupa kunang-kunang
Rinduku akhirnya
berpulang
ke dalam
rengkuhanmu yang terbentang
berpendar lembut
serupa kunang-kunang
di tepian sungai
hari itu kala petang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar