Rabu, 25 Juli 2012

Flash : Sumbu Ledak


Sumbu kesabaranku sangat halus dan pendek. Tidak ada orang bahkan aku sendiri yang bisa menebak-nebak kapan sumbu tersebut akan habis terbakar dan meledakkan bongkahan berisi mesiu di ujungnya. Sedikit saja terusik maka api menjalar begitu cepat melahap sumbuku yang teramat halus.

Kata-kata kasar, ejekan, bahkan tangis anak-anak yang meski bagi sebagian orang serupa melodi, namun tak lebih dari desing bising yang memusingkan. Dan membakar sumbu yang sekejap meledakkanku. Menggelapkan duniaku tanpa ampun. Terombang-ambing dalam penyiksaan tak berakhir.

Aku hanya ingin desing itu berakhir. Aku hanya menginginkan hening yang entah kenapa semakin hari semakin sulit kuraih. Keinginan yang harus kuwujudkan dengan kedua tanganku. Ya. Aku hanya butuh keheningan. Agar duniaku kembali benderang. Dan aku bisa kembali bernapas. Tanpa desing lagi.

Aku tersadar saat benda di tanganku terlepas menghasilkan bunyi nyaring. Logam yang semula berkilau itu sekarang kabur oleh guratan merah yang segar. Tergolek tepat di samping sosok mungil dengan leher menganga.

Tak akan ada lagi desing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar