Kau adalah langit
yang menaungi
kami di bawahmu
Melindungi kami
dengan teguh
menafkahi kami begitu
sungguh-sungguh
Seperti langit
yang tinggi, kau begitu megah
Aku selalu harus
mendongak menatapmu
Penuh pemujaan
dan harapan yang sumringah
yang terus kami
nanti dari hari ke hari tanpa jemu
Dengan kedua kaki
menjejak tegar di bumi yang hangat
yang begitu sabar
dengan kasih sayang meruah
tempatku yang saat
berupa benih melekat
hingga akhirnya
tumbuh menjulur dan merekah
Bumi selalu
merawatku
dengan penuh
kasih sayang
hari demi hari di
bawah perlindunganmu
Langit yang luas
membentang
Tapi entah sejak
kapan
bumi rasanya
tidak lagi nyaman untuk berpijak
tidak ada lagi
kehidupan berkeriapan
di bentangannya
yang rasanya penuh onak
Bumi yang panas
membara, kering kerontang
Terbakar amarah, Langit
yang tertantang
Tapi kalian masih
di sana, Langit dan Bumiku
Meskipun tidak
lagi sama, karena kalian tidak lagi melihatku
Aku tidak tahu
berapa jarak kalian
Langit dan Bumi
Pasti butuh lebih
dari sekedar jutaan
langkah ditempuh untuk
turun dan naik kembali
Betapa bodohnya
aku ingin menyatukan kalian
Dengan jarak yang
diluar segala kemungkinan
Tapi aku tahu itu
bukanlah sekedar khayalan
Karena aku
benar-benar sudah tidak tahan
Biarlah aku
menjadi hujan
dengan segenap
dayaku menghubungkan kalian
mengembalikan
segala asa dan harapan
yang begitu manis
meski harus dibungkus tangisan
Tangisan langit
Yang menyejukkan
bumi
Atau kepasrahan
bumi
Menerima bagian
dirinya yang dipinjam langit
Kembali padanya
Di jarak yang
membentang
Ijinkan aku
dengan segala keterbatasan menyatukan kalian
Dalam kesejukan
dan irama rintikan
Biarkan hidup
kembali berkeriapan
Jika tidak cukup
sekali
Aku akan
melakukannya berkali-kali
Jangan cemaskan
bahaya yang kutempuh
Bahaya lebih baik
daripada kepasrahan karena jemu
Rasa sakit tidak
penting bagiku
Semua demi
mengembalikan Langit dan Bumiku
Menyatu di batas
cakrawala yang mengharu biru
Sebelum kita
semua mendengar ketukan palu
Yang akan
menyudahi
Kita bertiga...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar