Negara kami punya pengasuh yang mengurusi pakaian, katamu pongah
Oh ya? tanyaku
begitu kagetnya sampai terperangah
Kau
manggut-manggut tak menutupi rasa bangga
menjalar bebas di
rautmu yang bundar serupa semangka
Kenapa harus ada pengasuh
untuk itu? tanyaku
Emangnya seberapa
banyak jenis pakaian yang boleh ada di negara kamu?
Kau terlihat
sangat puas dengan sikapku
yang penuh tanda
tanya karena tak tahu
Maka kau
mengacungkan jemarimu
Aku menghitungnya
dalam bisu
Cuma enam?
Kau mengangguk
dalam
Lalu apa tugas mereka?
tanyaku lagi
Untuk sesaat kau
diam seperti berusaha mengingat-ingat
Sebelum akhirnya
menarik napas untuk menjelaskan
Tugas-tugas
mereka sejauh yang kau ingat
Mereka yang
menentukan pakaian apa saja yang boleh ada di negaramu
Selain yang sudah
ditentukan maka tidak diperbolehkan
Padahal ada
begitu banyak jenis pakaian
Hanya
memperbolehkan enam jenis... pasti tugas yang sangat berat
Lalu bagaimana
jika keburu ada jenis pakaian di luar ketentuan?
Tentu tidak boleh
dikenakan, jawabmu pasti
Meskipun orang
itu tidak suka ke-enam model pakaian yang ditentukan?
Ada enam model.
Tinggal pilih kan? Pertanyaanku pun mati.
Yang pasti kalau
di luar yang enam itu
maka tidak boleh
ada di negaraku, tegasmu
yang memakai
pakaian selain yang ditentukan
boleh pilih
menurut atau dibumi hanguskan
Kami juga punya
banyak laskar
yang bertugas
meluruskan orang-orang melenceng
Caranya juga
beragam
Mulai dari
himbauan sampai adu kekerasan
Bukankah sudah
ada yang mengurusi urusan itu?
Kenapa masih
butuh laskar-laskar?
Untuk model baju
yang paling banyak dikenakan
Diperbolehkan
membuat laskar-laskar
Aku hanya manggut-manggut
Meskipun tak ayal
masih menyimpan heran
Mungkin aku yang
tidak berwawasan
Mungkin aku yang
berpandangan sempit
Apakah tidak boleh
menyarankan model baju selain yang sudah ada?
Bukankah dengan
begitu negara kalian menjadi lebih berwarna?
Mereka tidak
perlu bersembunyi mengenakan bajunya
Yang sebesar apa
pun disukai akan tetap dipandang nista
Aku ingin berkata
namun mulai ragu melihat rautmu
Tentang berita
negaramu yang lumayan sering kuikuti
Karena kau
sahabatku dan aku ingin lebih mengenal negaramu
Yang katanya
menghormati perbedaan jauh sampai ke relung hati
Tentang
darah-darah yang tertumpah
Hanya karena
model baju yang dikenakan kebetulan berbeda
Rumah-rumah yang
dibakar
Untuk memusnahkan
baju sesat yang cemar lagi bernoda
Tentang air mata
pria tua
Yang dipaksa
telanjang
Melepas baju yang
dia cinta
Yang sudah seumur
hidup melekat hingga usang
Tentang teriakan
memohon
Orang-orang
telanjang yang dipertontonkan
Yang bajunya
dirobek tanpa ampun
Dicemooh,
dinista, dengan alasan perbedaan
Aku sangat ingin
mempertanyakan semua itu
Tapi apa daya
lidahku langsung kelu
Tidak sanggup
menerima jawabmu
yang nantinya
hanya menyisakan sayatan sembilu
padahal setelah
sekian lama baru sekarang kita bertemu
Negaraku tidak
punya hal yang begitu mewah
Tidak ada yang
mengurusi itu di sini
Semua bebas
menentukan pilihan dengan merdeka
Karena ada urusan
lain yang lebih mendesak ketimbang itu di sini
Setiap hari
orang-orang berbalut baju beraneka warna dan model
Seperti pelangi
memenuhi penjuru negaraku
Dan tidak ada
baju yang kelihatan aneh di tubuh kami
Karena semua
dibuat berdasarkan ukuran tubuh masing-masing
Rasa nyaman
dengan baju yang pas
Membuat raut kami
lebih berbinar
Bangga dan
percaya diri dengan baju kami masing-masing
Tapi juga kagum
pada baju lain yang pas di badan tetangga
Saling memuji
Saling mengerti
Saling mengagumi
Saling
menghormati
Di negaraku tidak
pernah ada airmata
atau darah yang
tertumpah karena dinista
hanya karena baju
yang berbeda
karena dimata
kami berbeda itu indah
Dan semua itu
berjalan tenang tanpa ada pengasuh
Yang cerewet
mengurusi baju apa yang harus dipakai
Apalagi sampai
membatasi hanya enam baju
Diiringi ancaman
menurut atau mati
Negaraku tidak
butuh kemewahan
Para pengasuh
kejam tak berhati
Yang hanya
menyeringai diam menyaksikan
Darah, air mata
dan harga diri
yang tertumpah
tanpa sanggup menjelaskan
acuh sembari
duduk ongkang kaki
menyaksikan
dagelan amis dan kecut di hadapan
Tidak ada yang
jadi sesat
hanya karena
bajunya berbeda dari yang lain
Tidak perlu
menjadi bejat
hanya untuk
membuktikan kita lebih benar dari yang lain
Baju yang paling
banyak dipilih
Tidak berubah
menjadi pongah
Tidak ada laskar-laskar
terpilih
Hanya untuk
menunjukkan mereka istimewa
Bukan untuk
ditakuti melainkan disegani
Bukannya angkuh
mereka tetap menjaga
melindungi
’adik-adik’ mereka
Agar bisa dengan
damai memilih bajunya sendiri
Sahabatku
Betapa aku ingin
mengundangmu
Ganti berkunjung ke
negaraku
Supaya kau juga
bisa lebih mengenalku
Tapi apa dayaku
Negaraku yang
damai sejahtera itu
Tidak bisa dengan
bebas dikunjungi
Karena dia hanya
ada di alam mimpi
Mimpi terdalamku
yang tanpa daya
sama sepertimu
masih mendiami
negara beku
yang begitu mewah
dengan pengasuh baju
amis berdebu
berjelaga dan
lusuh
yang aku tak
butuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar