Selasa, 24 Juli 2012

Puisi : kepadaMu


Tubuhku lunglai bersimbah peluh
Tak lagi kuhitung sudah seberapa jauh
Sepasang kakiku menyeret raga yang acuh
Pada mulut yang sesekali mengaduh

Hanya untuk bertemu
Dan mengadu
Apakah harus sebegitu
Sulitnya serupa berburu?

Apa agamamu?
Siapa nabimu?
Siapa Tuhanmu?
Dan jawabku selalu tak tahu.

Dulu aku selalu merasa tak perlu
mendalami hal-hal yang diluar akalku
cukup dengan yang di depan mataku
kujalani hidup kosong semauku

Namun tak jarang aku ingin mengadu
meski lidahku terasa kelu
dan langsung mendadak gagu
karena tersadar tak mengenal bahasaMu

Sudah lama aku berkelana jauh
mencari-cari daras serupa bahasaMu
agar ketika saat aku mengadu
kau memahami apa yang kubutuh

Namun pertanyaan-pertanyaan itu
semakin kerap memburuku

Apa agamamu?
Siapa nabimu?
Siapa Tuhanmu?
Dan jawabku masih tak tahu.

Padahal aku sudah setengah tersedu
dirongrong rasa ingin mengadu
karena sejujurnya aku tak lagi kuat menandu
ingin segera mencari tempat berlabuh

Aku yang tersesat selama yang kutahu
dengan lantunan nada dan kata-kata yang bagiku tabu
karena di telingaku kata-kata itu teramat semu
tidak keburu kupahami dengan terbatasnya waktu

Tubuhku semakin renta tersaput debu
sudah terlalu lama dan jauh
aku terombang-ambing berkelana mencari-cariMu
yang tak kukenal tapi sekarang ini sangat kubutuh

Aku butuh diriMu
Jerit hatiku yang pilu
Mataku yang tersedu
Namun lidahku tetap kelu

Aku yang tak mengenal satu pun bahasaMu
apakah masih punya hak yang sama dengan kaumMu?
Tak seperti mereka yang begitu fasih mendaras puja-puji untukMu
dengan tiket di tangan untuk tempat di istanaMu

Tangisku sekarang menderu
mengalahkan desau angin menebarkan debu
ke sekujurku yang diam tak lagi berpeluh
berwarna kelabu

Apa agamamu?
Siapa nabimu?
Siapa Tuhanmu?
Aku tak tahu namun aku butuh

Aku tak tahu apakah karena aku mencintaMu
atau hanya karena sekedar butuh
karena tak ada lagi tempatku mengadu
padahal aku tak mengenalMu

Aku tak berharap tempat istimewa di istanaMu
karena sudah sejak lama aku sadar tak punya hak untuk itu
Aku yang tak lagi berdaya untuk pergi lebih jauh
di sinilah mungkin akhir perjalananku
napasku yang tinggal satu-satu
lidahku yang tetap kelu
Aku hanya ingin mengadu

Harus dengan bahasa apa aku tak tahu
pikiranku kosong melompong tak dapat memikirkan satu
kata pun yang betapa sangat aku perlu
yang tersisa hanya gelora di hati dan sekujurku

Yang kembali menghadirkan sedu
dengan bulir-bulir air mata berisi egoku
yang luruh di hadapanMu
menghisap habis sisa-sisa tenagaku

Kuserahkan seluruh milikMu
kembali padaMu
Bisik pasrah hatiku
kepadaMu

Hanya itu
dan aku kembali penuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar