Siang itu langit mendung
seolah ikut
berkabung
menemaniku yang
sendirian bersenandung
acuh pada angin
iseng yang asik mempermainkan kerudung
Perasaan
ditinggal pergi orangtua kandung
seringkali masih
membuatku terpasung
pada kerinduan
dan kenangan tak terbendung
hari itu kala
duka membusung
Siang itu di
makam orang tua kandung
satu-satunya
tempat terakhirku berlindung
dari segala aksi
telikung
yang tak ayal
berakhir pancung
Ketika semua
sibuk berebut harta segunung
segala cara
dilakukan yang penting untung
pasrah tak
melawan ketika tergulung
hawa nafsu yang
begitu kencang berdengung
Menulikan telinga
dari berita-berita agung
berisi nasihat
terakhir orang tua kandung
yang dibuat
jauh-jauh hari sebelum di ujung
tentang aku yang
bukan saudara sekandung
Namun semua
memilih untuk menelikung
memusnahkanku
dari daftar ahli sekandung
semua demi segala
untung
dari harta
segunung
Sehingga aku
memilih berlindung
di makam orang
tua yang kuanggap kandung
yang hanya bisu
disaput mendung
meski untaian
tali sudah sedari tadi tergantung
di dahan pohon
kokoh tempat mereka bernaung
Aku tidak ingin
lagi hanya berkabung
betapa aku sangat
ingin bergabung
dengan mereka
yang selalu menganggapku kandung
siang itu ditemani
langit mendung
Seusaiku
bersenandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar