Senin, 23 Juli 2012

Puisi : Berkabung


Siang itu langit mendung
seolah ikut berkabung
menemaniku yang sendirian bersenandung
acuh pada angin iseng yang asik mempermainkan kerudung

Perasaan ditinggal pergi orangtua kandung
seringkali masih membuatku terpasung
pada kerinduan dan kenangan tak terbendung
hari itu kala duka membusung

Siang itu di makam orang tua kandung
satu-satunya tempat terakhirku berlindung
dari segala aksi telikung
yang tak ayal berakhir pancung

Ketika semua sibuk berebut harta segunung
segala cara dilakukan yang penting untung
pasrah tak melawan ketika tergulung
hawa nafsu yang begitu kencang berdengung

Menulikan telinga dari berita-berita agung
berisi nasihat terakhir orang tua kandung
yang dibuat jauh-jauh hari sebelum di ujung
tentang aku yang bukan saudara sekandung

Namun semua memilih untuk menelikung
memusnahkanku dari daftar ahli sekandung
semua demi segala untung
dari harta segunung

Sehingga aku memilih berlindung
di makam orang tua yang kuanggap kandung
yang hanya bisu disaput mendung
meski untaian tali sudah sedari tadi tergantung
di dahan pohon kokoh tempat mereka bernaung

Aku tidak ingin lagi hanya berkabung
betapa aku sangat ingin bergabung
dengan mereka yang selalu menganggapku kandung
siang itu ditemani langit mendung

Seusaiku bersenandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar