Alkisah sebuah negeri
di antah barantah
nun jauh sekali
yang dihuni oleh
para pelakon
membawakan
lelakon kejar tayang serupa sinetron
Ya, itulah negeri
sinetron
Negeri yang
hari-harinya diisi lakon
para pelakon yang
haus penonton
menampilkan ragam
lakon berharap ditonton
Lakon-lakon yang
dikira cerdas
padahal hanya
membuat mata pedas
termasuk mulut
yang sangat ingin mengumpat
tak tahan dengan
lidah yang mencecap sepat
Melihat tingkah pelakon yang over-acting
mempertontonkan
aksi kacangan hanya demi rating
syukur-syukur
jika bisa menarik simpati
para pemirsa yang
sukarela memberi hati
Ada yang
menampilkan lakon orang-orang teraniaya
dengan muka
memelas merasa paling menderita
padahal hanya
tangisan buaya
sangat berharap
para penonton silap mata
semua dunia
seolah memusuhinya
curhat dilakoni
semalam menampilkan derita
berharap semua memutuskan
berpihak padanya
Hoi, emangnya
para penonton buta?!
Ada yang memilih
berperan sebagai belut
yang begitu licin
sehingga susah digenggam
permainan kata-kata
sangat mudah membuat orang tersulut
maklumlah
pekerjaannya sehari-hari adalah adu langgam
Sangat pantang
baginya untuk bersikap ksatria
mengakui
kesalahan untuk kemudian memperbaiki
memutuskan lari
dan mengelak dengan segala cara
seolah lupa bahwa
kebenaran tetaplah hakiki
Ada yang berperan
sebagai ratu adil
yang begitu
sempurna tanpa cela
mengomentari
orang lain mesti tak andil
karena yang
terpenting baginya adalah citra
Ada yang bangga
dengan lakon
sebagai pemeras
darah rakyat yang tak berdaya
derita rakyat
baginya hanya pantas ditonton
terlebih danau
lumpurnya yang tetap jaya
Di negeri
sinetron
kita tidak akan
pernah kehabisan lakon
yang ditampilkan
silih berganti
tak peduli meski
semua itu tak berarti
Di negeri
sinetron
semua
berlomba-lomba tampil membawakan lakon
tak peduli entah
itu layak ditonton
meski hanya memamerkan
ragam lakon bloon
Rakyat semua
terus dipaksa menonton
aksi rebut kuasa
diselingi puluhan jargon
karena kalau tak
begitu rasanya monoton
mereka hanya
pelakon yang harus penonton
Apa enaknya terus
berdiam di negeri sinetron
yang begitu keras
berusaha demi perhatian
dan dukungan para
penonton
yang sudah lelah
dan tak lagi memperhatikan?
Penonton yang
sudah muak berganti apatis
memilih untuk
mematikan televisi
bosan dengan lakon
yang semakin miris
namun tak juga
menyurutkan ambisi
Ambisi serupa
keropeng
yang menggerogoti
sekujur tubuh
menyisakan
permukaan yang bopeng
syukur-syukur
kalo masih tersisa malu
Malu yang seiring
waktu semakin menipis
demi popularitas
jelang akhir periode
tak peduli
penonton yang sudah semakin sinis
acuh pada slogan
dan janji-janji orde
Orde yang semakin
mirip tayangan striping
yang mungkin
awalnya menarik
tapi tak lama
kemudian menyisakan pusing
sehingga tak lagi
dilirik
Sementara para lelakon
tetap berapi-api
terus kejar
tayang berganti-ganti
membayangkan saling
berbagi penonton
yang sebenarnya tak
lagi menonton
Biarlah para
manusia bloon
di negeri
sinetron
mengira aksinya
masih ditonton
karena untuk selamanya
mereka bloon
Padahal para
penonton striping negeri sinetron
sudah lama terbangun
dan tak lagi bermimpi tentang lakon
karena yang
dibutuhkan para penonton
bukanlah dagelan murah
apalagi adu jargon
Wahai para
penghuni negeri sinetron
mulailah untuk
hidup realistis
jangan cuma
bersikap supaya ditonton
jika demikian
mendingan kalian semua ’Rest in Pieces’
Ya. Pieces...
Karena kami akan
mencincang-cincang kalian
dengan senang
hati sampai habis
tak rela dunia
ini dikotori ’limbah’ semacam kalian
Para penghuni
negeri sinetron
yang tetap bloon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar