Rabu, 25 Juli 2012

Puisi : Negeri Sinetron


Alkisah sebuah negeri
di antah barantah nun jauh sekali
yang dihuni oleh para pelakon
membawakan lelakon kejar tayang serupa sinetron

Ya, itulah negeri sinetron
Negeri yang hari-harinya diisi lakon
para pelakon yang haus penonton
menampilkan ragam lakon berharap ditonton

Lakon-lakon yang dikira cerdas
padahal hanya membuat mata pedas
termasuk mulut yang sangat ingin mengumpat
tak tahan dengan lidah yang mencecap sepat

Melihat tingkah pelakon yang over-acting
mempertontonkan aksi kacangan hanya demi rating
syukur-syukur jika bisa menarik simpati
para pemirsa yang sukarela memberi hati

Ada yang menampilkan lakon orang-orang teraniaya
dengan muka memelas merasa paling menderita
padahal hanya tangisan buaya
sangat berharap para penonton silap mata

semua dunia seolah memusuhinya
curhat dilakoni semalam menampilkan derita
berharap semua memutuskan berpihak padanya
Hoi, emangnya para penonton buta?!

Ada yang memilih berperan sebagai belut
yang begitu licin sehingga susah digenggam
permainan kata-kata sangat mudah membuat orang tersulut
maklumlah pekerjaannya sehari-hari adalah adu langgam

Sangat pantang baginya untuk bersikap ksatria
mengakui kesalahan untuk kemudian memperbaiki
memutuskan lari dan mengelak dengan segala cara
seolah lupa bahwa kebenaran tetaplah hakiki

Ada yang berperan sebagai ratu adil
yang begitu sempurna tanpa cela
mengomentari orang lain mesti tak andil
karena yang terpenting baginya adalah citra

Ada yang bangga dengan lakon
sebagai pemeras darah rakyat yang tak berdaya
derita rakyat baginya hanya pantas ditonton
terlebih danau lumpurnya yang tetap jaya

Di negeri sinetron
kita tidak akan pernah kehabisan lakon
yang ditampilkan silih berganti
tak peduli meski semua itu tak berarti

Di negeri sinetron
semua berlomba-lomba tampil membawakan lakon
tak peduli entah itu layak ditonton
meski hanya memamerkan ragam lakon bloon

Rakyat semua terus dipaksa menonton
aksi rebut kuasa diselingi puluhan jargon
karena kalau tak begitu rasanya monoton
mereka hanya pelakon yang harus penonton

Apa enaknya terus berdiam di negeri sinetron
yang begitu keras berusaha demi perhatian
dan dukungan para penonton
yang sudah lelah dan tak lagi memperhatikan?

Penonton yang sudah muak berganti apatis
memilih untuk mematikan televisi
bosan dengan lakon yang semakin miris
namun tak juga menyurutkan ambisi

Ambisi serupa keropeng
yang menggerogoti sekujur tubuh
menyisakan permukaan yang bopeng
syukur-syukur kalo masih tersisa malu

Malu yang seiring waktu semakin menipis
demi popularitas jelang akhir periode
tak peduli penonton yang sudah semakin sinis
acuh pada slogan dan janji-janji orde

Orde yang semakin mirip tayangan striping
yang mungkin awalnya menarik
tapi tak lama kemudian menyisakan pusing
sehingga tak lagi dilirik

Sementara para lelakon tetap berapi-api
terus kejar tayang berganti-ganti
membayangkan saling berbagi penonton
yang sebenarnya tak lagi menonton

Biarlah para manusia bloon
di negeri sinetron
mengira aksinya masih ditonton
karena untuk selamanya mereka bloon

Padahal para penonton striping negeri sinetron
sudah lama terbangun dan tak lagi bermimpi tentang lakon
karena yang dibutuhkan para penonton
bukanlah dagelan murah apalagi adu jargon

Wahai para penghuni negeri sinetron
mulailah untuk hidup realistis
jangan cuma bersikap supaya ditonton
jika demikian mendingan kalian semua ’Rest in Pieces

Ya. Pieces...
Karena kami akan mencincang-cincang kalian
dengan senang hati sampai habis
tak rela dunia ini dikotori ’limbah’ semacam kalian

Para penghuni negeri sinetron
yang tetap bloon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar