Kafe tidak terlalu ramai, maklumlah sekarang bukan hari libur atau akhir pekan. Hanya ada beberapa meja yang terisi. Aku melihat nama kafe itu sekali lagi untuk memastikan. Ya. Di sini tempatnya. Aku melangkah ke dalam sembari mataku menyapu singkat seisi ruangan. Pandanganku berhenti di meja dekat mini bar yang diduduki seorang pria. Sebuah anggrek berwarna ungu terjepit rapi di saku kemejanya yang berwarna biru muda. Itu dia.
Aku meraih
ponselku mengiriminya pesan singkat. Benar saja, dia langsung meraih ponselnya
yang tergeletak di meja. Begitu dia celingukan aku langsung melambai. Dia
membalas sembari tersenyum. Aku segera menghampirinya lalu kami bersalaman. Setelahnya
kami duduk. Hening tanpa sebaris kata yang meluncur dari mulut kami yang seolah
terkunci.
Seorang pelayan
muncul menanyakan pesanan kami. Dia segera meraih buku menu yang sudah terbuka
di mejanya lalu kami masing-masing memesan. Setelah pelayan berlalu lagi-lagi
hening. Meskipun sudah sering mengobrol di dunia maya, ini adalah kali pertama
kami bertemu langsung.
Ponselku
bergetar. Sebuah pesan darinya. ’Kamu cantik.’ Bunyi pesan itu. Aku tersenyum
lalu membalas ’Terima kasih. Kau juga tampan...’. Dia meraih tanganku dan
sekujurku langsung tersengat. Tatapan kami kembali bertemu diiringi senyum. Lalu
kembali hening.
Ponselku bergetar
lagi.
Genggamannya
lebih erat.
Andai aku tahu
lebih awal...
Andai aku tidak
terlalu sering membolos pelajaran bahasa isyarat saat mengikuti pelatihan
relawan dulu...
Ah, seandainya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar