Kau berpuasa?
Tanyaku padamu, hai perempuan setengah baya di pasar
yang sudah sedari
subuh mendiami lapakmu
lebih tekun dari
matahari yang masih malu-malu
Kau mengangguk
mengiyakan
Bisa kulihat
dengan jelas bibirmu yang kering
Pecah-pecah tak
bermaya
Serupa bongkahan
tanah diterpa kemarau panjang
Kau berpuasa?
Tanyaku padamu,
hai lelaki penarik gerobak di pasar
Yang menemani
perempuan yang kau sebut istri
Membawakan
dagangannya subuh tadi
Kau mengangguk
mengiyakan
Memamerkan
jakunmu yang naik turun
Menarik
kekosongan selain ludah
Ke dasar
kerongkonganmu
Kau berpuasa?
Tanyaku padamu,
hai gadis kecil yang bermain sendirian di pasar
Menunggui bunda
tercinta yang sedang mengais rejeki
Dengan boneka
kucel lusuh di tanganmu
Kau mengangguk
mengiyakan
Meski malu-malu
menjawab saat ini sedang belajar
Karena ini puasa
pertamamu
Jadi belum
terlalu kuat
Aku membelai
kepala mungilnya
Dibalas senyum
ramah tanpa prasangka
Hari baru
menjelang setengah
Namun tak
sedikitpun dia terlihat jengah
Kau berpuasa?
Tanyaku padamu,
yang sedari tadi berjalan di sisiku
Mengembara di
antara kerumunan yang padat di pasar
Dengan setia
yanpa banyak bertanya
Seperti mereka
kau juga mengangguk mengiyakan
Dengan tampang
selusuh itu
Dengan tubuh
selemas itu
Aku jadi
bertanya-tanya
Kemana larinya
energi sepiring nasi gurih
dan segelas teh
manis hangat
yang baru saja
kau lahap dengan nikmat
setelah beralasan
keluar sebentar menemui pembeli?
Jika kau tahu
tadi adalah puasamu yang terakhir
Akankah kau
memilih mangkir?
Dengan penuh keyakinan
melipir
Ke warung
berselubung tenda di ujung lapangan parkir?
Yang langsung
ketar-ketir
ketika melihat
rombongan teman-temanmu parkir
sehingga panik
lalu terbirit
tertabrak bus
yang melaju menyisakan decit
Tapi tidak
mengapa
Aku tidak akan
menyakitimu
Setidaknya hingga
tiba
Waktunya untuk
menghakimimu
Di penghujung
puasa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar