Selasa, 17 Juli 2012

Flash : Yang Tercantik


Kalau saja aku boleh memilih, betapa ingin aku meninggalkan tempatku berdiam sekarang. Betapa ingin aku pensiun terbebas dari segala tanggung jawab yang semakin hari makin menyesakkan ini. Tapi aku tidak bisa memilih. Tidak ada pilihan sejujurnya. Maka akhirnya aku hanya bisa pasrah menghitung waktu hingga tak tersisa kelak.

Sedang asik-asiknya aku melamun mendadak sesosok raut yang tidak bisa kuingat lagi sudah keberapa muncul di hadapanku. Saatnya kembali bertugas.
”Siapa yang paling cantik?” Hmph, lagi-lagi pertanyaan klise.
”Yang pasti bukan kamu!” sahutku yang langsung disambut dengan gurat kaget lalu kecewa. Aku hanya menjawab sejujurnya.

Muncul sosok lainnya lagi dan aku bersiap.
”Siapa yang paling cantik?”
”Pertanyaannya kebalik, tuh!” Semburat kesal membuat kedua belah pipinya merona. Aku mulai letih. Apa aku tidak boleh berkata jujur di sini? Apa hanya boleh menyenangkan mereka dengan kebohongan?

Penderitaanku ternyata masih belum usai.
”Aku cantik, kan?” Kesabaranku akhirnya habis.
”Sekali nggak tetap nggak, Benny!” Aku tidak menghindar apalagi melawan saat tangannya yang kokoh itu mengangkatku lalu membantingku ke lantai. Membiarkan tubuhku pecah berkeping dengan suara nyaring.

Akhirnya aku bisa pensiun.
Leganya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar